Kamis, 27 November 2014

REFLEKSI FILM "TROUBLE WITH THE CURVE"


Film ini sendiri berkisah tentang Gus Lobel (Clint Eastwood) seorang baseball scout (pencari bakat) senior yang terkenal dengan kemampuan serta instingnya untuk mendeteksi bakat-bakat terpendam dari seorang pemain. Namun seiring dengan berjalannya waktu banyak yang meragukan kemampuan Gus yang dinilai sudah makin menua dan tidak mampu untuk beradaptasi dengan kemajuan zaman. Disaat para pencari bakat lain sudah memakai bantuan komputer untuk melakukan analisis, Gus tetap bersikukuh bahwa cara terbaik adalah melihat secara langsung pemain yang diincar. Namun disisi lain Gus memang tengah dalam masalah dimana matanya mulai sulit untuk melihat dengan jelas. Padahal penglihatan adalah hal yang paling penting dalam scouting. Untuk itulah Pete Klein (John Goodman) yang merupakan atasan sekaligus sahabat baik Gus meminta bantuan pada Mickey (Amy Adams) yang tidak lain adalah puteri tunggal Gus untuk membantu sang ayah dalam bertugas di North Carolina. Selama ini hubungan Gus dan Mickey tidak pernah akur dimana Mickey merasa sang ayah membuangnya. Di tempat yang sama mereka juga bertemu dengan Johnny Falanagan (Justin Timberlake) seorang scout muda yang dulu sempat menjadi pemain hebat yang direkrut oleh Gus.
            Dari film ini saya mendapatkan beberapa pesan yang disampaikan di film ini. Dari pembuktian bahwa teknologi belum tentu selalu mengalahkan kemampuan otak manusia, hingga melakukan apa yang anda sukai adalah cara paling tepat dalam menikmati hidup. dan bukan hanya kisah cinta yang ditawarkan, tapi ada juga kisah bagaimana seorang anak mendapatkan cinta ayahnya, dan seorang ayah yang menemukan dirinya sudah tidak muda lagi.

Senin, 22 September 2014

REFLEKSI FILM "SOUL SURFER"

Dari film yang saya lihat yang berjudul “SOUL SURFER” saya telah mendapatkan pelajaran berharga dari seorang gadis yang hobi berselancar. Ketika dia kehilangan lengan kirinya akibat gigitan ikan hiu saat berselancar dengan teman-temannya, dia tetap tidak putus asa untuk tetap berlatih selancar demi memenangkan kejuaraan hawai yang akan diadakan beberapa hari setelah dia kehilangan lengannya, karena banyak teman dan keluarganya yang tetap mendukungnya untuk tidak putus asa dalam menjalani hidup setelah ia kehilangan salah satu anggota tubuhnya. Saya memang tidak menginginkan hal itu terjadi oleh sebab itu saya tetap bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan terhadap saya yaitu tubuh yang normal. Saya harus menggunakannya dengan cara yang benar dan tidak melanggar aturan yang telah Tuhan ciptakan. Saya akan berusaha tidak putus asa dalam menjalani segala hal agar mendapatkan hal yang terbaik atas usaha dan kerja keras saya.

DEMO UKM TAE KWON DO UK PETRA 2014

http://youtu.be/ufnXQ3I906s

Minggu, 10 November 2013

KLEPTOMANIA

Ciri-ciri Kleptomania dan Penanganannya



Istilah kleptomania berasal dari dua kata, klepto dan mania, di mana klepto berarti mencuri sedangkan mania bermakna sebuah kegemaran yang berlebihan. Penderita kleptomania biasanya sering mencuri di tempat umum. Menucuri biasanya dilakukan di supermarket, di tempat pesta atau mencuri barang milik teman. Kenapa orang bisa jadi kleptomania? Bisakah kleptomania disembuhkan?

Orang menjadi kleptomania karena ada dorongan yang tertahankan untuk mencuri meski ia tidak membutuhkan barang tersebut dan kadang barang yang dicuri pun tidak terlalu bernilai.

Dilansir dari MayoClinic, kleptomania adalah gangguan kesehatan mental serius yang jika tidak diobati akan membuat hidup orang tersebut berantakan.

Penelitian terbaru yang dilakukan Stanford University mengungkap, 62,5 persen penderita kleptomania adalah perempuan sementara 37,5 persen sisanya adalah laki-laki.

Penderita kleptomania akan menyangkal dirinya sakit dan mempertahankan diri jika dituduh mencuri. Kebanyakan penderitanya malu dan takut untuk mencari perawatan gangguan kesehatan mentalnya.

Ciri-ciri orang kleptomania adalah:
1. Punya keinginan besar yang begitu mendesak untuk mencuri pada barang yang mungkin tidak ia perlukan.
2. Merasa senang saat mencuri.
3. Merasa lega dan puas
4. Tapi setelah mencuri akan merasa bersalah, menyesal, membenci diri sendiri dan takut ditahan polisi.
5. Meski sesudah mencuri timbul rasa takut dan menyesal tapi dorongan untuk mencuri akan muncul lagi secara spontan atau saat sedang depresi atau stres, sehingga perilaku kleptomania terus berulang.
6. Orang kleptomania mencuri bukan untuk kepentingan pribadi atau balas dendam, tetapi karena dorongan yang begitu kuat sehingga timbul rangsangan untuk mencuri.

Penyebab
Hingga kini penyebab kleptomania tidak diketahui secara pasti. Tapi beberapa bukti penelitian menunjukkan kleptomania mungkin terkait dengan salah satu hormon otak yakni pada serotonin. Hormon serotonin ini membantu mengatur suasana hati dan emosi.

Ada juga beberapa bukti menyebutkan bahwa kleptomania mungkin berhubungan dengan gangguan kecanduan atau gangguan obsesif-kompulsif. Tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami kemungkinan penyebab kleptomania.

Meskipun penyebab kleptomania tidak diketahui pasti, namun para peneliti menemukan ada faktor-faktor risiko yang meningkatkan perilaku kleptomania yaitu:

Stres yang berlebihan, seperti sedang mengalami kerugian besar mengalami cedera di kepala atau cedera otak. Memiliki saudara kandung yang kleptomania, gangguan mood, kecanduan atau gangguan obsesif-kompulsif.

Pengobatan
Jika tidak diobati, maka kleptomania dapat mengakibatkan masalah emosional dan masalah hukum. Karena penderita kleptomania itu tahu mencuri adalah salah tetapi merasa tidak berdaya untuk melawan dorongan tersebut.

Pengobatan kleptomania biasanya dengan obat-obatan dan psikoterapi, atau masuk kelas konseling. Terapi perilaku kognitif telah menjadi psikoterapi pilihan utama untuk kleptomania. Secara umum, terapi perilaku kognitif membantu penderitanya mengidentifikasi perilaku itu tidak sehat dan menggantinya dengan yang sehat dan positif.

Untuk menghindari kekambuhan, pastikan untuk tetap pada rencana pengobatannya. Jika penderita merasa terdesak untuk mencuri segera hubungi psikiaternya atau keluarga atau kelompok konselingnya.